1. Komponen-komponen utama resiko mata
uang asing
Untuk
meminimalkan eksposur yang dihadapi atas volatilitas kurs valuta asing, harga
komoditas, tingkat suku bunga, dan harga sekuritas, industri jasa keuangan
banyak menawarkan produk lindung nilai keuangan, seperti swap, suku bunga, dan
juga opsi. Kebanyakan instrument keuangan tersebut diperlakukan sebagai pos-pos
di luar neraca oleh sejumlah perusahaan yang melakukan pelaporan keuangan
secara internasional. Akibatnya, risiko-risiko yang terkait dengan penggunaan
instrument ini sering kali tertutupi, dan sampai sekarang pembuat standar
akuntansi dunia melakukan pembahasan atas prinsip pengukuran dan pelaporan yang
tepat untuk produk-produk keuangan ini. Materi pembahasan ini salah satunya
adalah membahas pelaporan internal dan masalah pengendalian yang terkait dengan
masalah yang sangat penting.
Ada
beberapa komponen utama dalam risiko mata uang asing, yaitu :
a. Accounting
risk (risiko akuntansi) : risiko bahwa perlakuan akuntansi yang lebih disukai
atas suatu transaksi tidak tersedia.
b. Balance
sheet hedge (lindung nilai neraca) : mengurangi eksposur valuta asing yang
dihadapi dengan membedakan berbagai aktiva dan kewajiban luar negeri suatu
perusahaan.
c. Counterparty
(pihak lawan) : individu/lembaga yang terpengaruh degan suatu transaksi.
d. Credit
risk (risiko kredit) : Risiko bahwa pihak lawan mengalami gagal bayar atas
kewajibannya.
e. Derivatif
: Perjanjian kontraktual yang menimbulkan hak atau kewajiban khusus dengan
nilai yang berasal dari instrument atau komoditas keuangan lainnya.
f. Economic
exposure (eksposur ekonomi) : Pengaruh perubahan kurs valuta asing terhadap
biaya dan pendapatan perusahaan di masa depan.
g. Exposure
management (manajemen eksposur) : Penyusunan strukturdalam perusahaan untuk
meminimalkan pengaruh buruk perubahan kursterhadap laba.
h. Foreign
currency commitment (komitmen mata uang asing) : Komitmen penjualan/pembelian
perusahaan yang berdenominasi dalam mata uang asing.
i.
Inflation differential (perbedaan
inflasi): Perbedaan dalam laju inflasi antar dua negara atau lebih.
j.
Liquidity risk (risiko likuiditas) :
Ketidakmampuan untuk melakukan perdagangan suatu instrument keuangan dengan
tepat waktu.
k. Market
discontinuities (diskontinuitas pasar) : Perubahan nilai pasar secara mendadak
dan signifikan.
l.
Market risk (risiko pasar) : Risiko
kerugian akibat perubahan tak terduga dalam harga valuta asing, kredit
komoditas, dan ekuitas.
m. Net
exposed asset position (risiko potensial posisi aktiva bersih) : Kelebihan
posisi aktiva terhadap posisi kewajiban (juga disebut sebagai posisi positif).
n. Net
exposed liability position (risiko potensial posisi kewajiban bersih) :
Kelebihan posisi kewajiban terhadap posisi aktiva (juga disebut sebagai posisi
negatif).
o. Net
investment (investasi bersih) : Suatu posisi aktiva atau kewajiban bersih yang
terjadi pada suatu perusahaan.
p. National
amount (jumlah nasional) : Jumlah pokok yang dinyatakan dalam kontrak untuk
menentukan penyelesaian.
q. Operational
hedge (lindung nilai operasional) : Perlindungan risiko valutaasing yang
memfokuskan pada variabel yang mempengaruhi pendapatandan beban suatu
perusahaan dalam mata uang asing.
r.
Option (opsi) : Hak (bukan kewajiban)
untuk membeli atau menjual suatu kontrak keuangan sebesar harga yang ditentukan
sebelum atau pada saat tanggal tertentu di masa datang.
s. Regulatory
risk (risiko regulator) : Risiko bahwa suatu undang-undang public akan
membatasi maksud penggunaan suatu produk keuangan.
t.
Risk mapping (pemetaan risiko) :
Mengamati hubungan temporal berbagai risiko pasar dengan berbagai variabel
laporan keuangan yang mempengaruhi nilai perusahaan dan menganalisis
kemungkinan terjadinya.
u. Structural
hedges (lindung nilai struktural) : Pemilihan atau relokasi operasi untuk
mengurangi keseluruhan eksposur valuta asing suatu perusahaan.
v. Tax
risk (risiko pajak) : Risiko bahwa tidak adanya perlakuan pajak yang
diinginkan.
w. Translation exposure (eksposur translasi) : Mengukur pengaruh dalam mata
uang induk perusahaan atas perubahan valuta asing terhadap aktiva, kewajiban,
pendapatan, dan beban dalam mata uang asing.
w. Transaction
potential risk (risiko potensial transaksi) : Keuntungan ataukerugian valuta
asing yang timbul dari penyelesaian atau konversitransaksi dalam mata uang
asing.
x. Value
at risk (nilai atas risiko) : Risiko kerugian atas portofolio perdagangan suatu
perusahaan yang disebabkan oleh perubahan dalam kondisi pasar.
y. Value
driver (pemicu nilai) : Akun-akun neraca dan laporan laba rugi yangmempengaruhi
nilai perusahaan.
2. Tugas dalam mengelola resiko mata
uang asing
Manajemen
risiko dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengidentifikasi,
mengendalikan/mengelola risiko keuangan yang dihadapi secara aktif. Jika nilai
perusahaan menyamai nilai kini arus kas masa depannya, manajemen potensi risiko
yang aktif dapat dibenarkan dengan beberapa alasan berikut:
a. Manajemen
eksposur membantu dalam menstabilkan ekspektasi arus kas perusahaan. Aliran
arus kas yang lebih stabil dapat meminimalkan kejutan laba, sehingga
meningkatkan nilai kini ekspektasi arus kas. Laba yang stabil juga mengurangi
kemungkinan risiko gagal bayar dan kebangkrutan, atau risiko bahwa laba mungkin
tidak dapat menutupi pembayaran jasa utang kontraktual.
b. Manajemen
eksposur yang aktif memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi pada risiko
bisnisnya yang utama. Contohnya pada perusahaan manufaktur, ia dapat melakukan
lindung nilai risiko suku bunga dan mata uang, sehingga dapat berkonsentrasi
pada produksi dan pemasaran.
c. Para
pemberi pinjaman, karyawan, dan pelanggan juga memperoleh manfaat dari
manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya memiliki toleransi risiko yang
lebih rendah dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga membatasi eksposur
perusahaan untuk menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dan pemegang
obligasi. Produk derivative juga memungkinkan dana pensiun yang dikelola
pemberi kerja memperoleh imbalan yang lebih tinggi dengan memberi kesempatan
untuk berinvestasi dalam instrument tertentu tanpa harus membeli atau menjual
instrument terkait secara nyata. Karena kerugian yang ditimbulkan oleh risiko
harga dan suku bunga tertentu dialihkan kepada pelanggan dalam bentuk harga
yang lebih tinggi, manajemen eksposur membatasi risiko yang dihadapi oleh
konsumen.
3. Menghitung resiko translasi
Perusahaan
dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan
konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan keuangan untuk mendapatkan
pemahaman yang holistic atas operasi perusahaan baik domestic dan luar negeri.
Laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang
asing disajikan ulang dengan mata uang induk perusahaan. Proses penyajian ulang
informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut translasi.
Translasi tidak sama dengan konversi. Konversi adalah pertukaran dari satu mata
uang ke mata uang yang lain secara fisik. Translasi hanyalah perubahan satuan
unit moneter, seperti hanya sebuah neraca yang dinyatakan dalam IDR disajikan
ulang dalam nilai ekuivalen Dollar AS.
Potensi
risiko translasi ini mengukur pengaruh perubahan kurs valas
Potensi
risiko translasi ini mengukur pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai
ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing
yang dimiliki oleh perusahaan. Karena jumlah dalam mata uang asing umumnya
ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen mata uang domestik untuk tujuan
pengawasan manajemen atau pelaporan keuangan eksternal, pengaruh translasi itu
menimbulkan dampak langsung terhadap laba yang diinginkan.
Risiko translasi dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu:
a. Dikatakan
potensi risiko positif apabila aktiva terpapar lebih besar daripada kewajiban
(yaitu pos-pos dalam mata uang asing yang ditranslasikan berdasarkan kurs kini.
Devaluasi mata uang asing relatif terhadap mata uang pelaporan (nilai mata uang
asing menurun) menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata uang asing (nilai
mata uang asing meningkat) menghasilkan keuntungan translasi.
b. Potensi
risiko negatif apabila kewajiban terpapar melebihi aktiva terpapar. Dalam kasus
ini, devaluasi mata uang asing menyebabkan timbulnya keuntungan translasi.
Revalusi mata uang asing menyebabkan kerugian translasi.
Selain potensi risiko translasi pengukuran akuntansi tradisional terhadap
potensi risiko valas ini juga berpusat pada potensi risiko transaksi. Potensi
risiko transaksi berkaitan dengan keuntungan dan kerugian nilai tukar valuta
asing yang timbul dari penyelesaian transaksi yang berdenominasi dalam mata
uang asing. Keuntungan dan kerugian transaksi memiliki dampak langsung terhadap
arus kas. Laporan potensi risiko transaksi berisi pos-pos yang umumnya tidak
muncul dalam laporan keuangan konvensional, tetapi menimbulkan keuntungan dan
kerugian transaksi seperti kontrak forward mata uang asing, komitmen pembelian
dan penjualan masa depan dan sewa guna usaha jangka panjang.
4. Perbedaan resiko akuntansi dan
resiko ekonomi
Akuntansi
manajemen memainkan peran yang penting dalam proses risiko manajemen. Mereka
membantu dalam mengidentifikasikan eksposur pasar, mengkuantifikasi
keseimbangan yang terkait dengan strategi respons risiko alternative, mengukur
potensi yang dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu, mencatat produk
lindung nilai tertentu dan mengevaluasi program lindung nilai.
Kerangka
dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai jenis risiko market
berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan
pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu
perusahaan dan pesaingnya. Pemicu nilai mengacu pada kondisi keuangan dan
pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu
perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga,
serta risiko harga komoditas dan ekuitas. Mata uang Negara sumber pembelian
mengalami penurunan nilai relative terhadap mata uang Negara domestik, maka
perubahan ini dapat menyebabkan pesaing domestik mampu menjual dengan harga
yang lebih rendah, ini disebut sebagai risiko kompetitif mata uang yang
dihadapi.
Akuntan
manajemen harus memasukkan suatu fungsi demikian probabilitas yang terkait
dengan serangkaian hasil keluaran masing-masing pemicu nilai.
Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam proses manajemen resiko
meliputi proses kuantifikasi penyeimbangan yang berkaitan dengan alternative
strategi respon risiko. Risiko kurs valuta asing adalah salah satu bentuk
risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multinasional.
Di
dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko mencakup:
a. Antisipasi
pergerakan kurs
b. Pengukuran
risiko kurs valuta asing yang dihadapi perusahaan
c. Perancangan
strategi perlindungan yang memadai
d. Pembuatan
pengendalian manajemen risiko internal
Manajer
keuangan harus memiliki informasi mengenai kemungkinan arah, waktu, dan
magnitude perubahan kurs dan dapat menyusun ukuran-ukuran defensive memadai dengan
lebih efisien dan efektif.
5.
Strategi
perlindungan nilai tukar dan perlakuan akuntansi yang diperlukan
Setelah
mengidentifikasi potensi risiko, selanjutnya adalah merancang strategi lindung
nilai untuk meminimalkan atau bahkan menghilangkan potensi risiko tersebut. Hal
ini dapat dilakukan dengan :
a. lindung
nilai neraca,
Strategi perlindungan dengan menyesuaikan tingkatan
dan nilai denominasi moneter aktiva dan kewajiban perusahaan yang terpapar,
yang akan dapat mengurangi potensi risiko yang dihadapi perusahaan. Contoh
metode lindung nilai pada suatu anak perusahaan yang berlokasi di negara yang
rentan terhadap devaluasi adalah:
·
Mempertahankan saldo kas dalam mata uang
lokal sebesar tingkat minimum yang diperlukan untuk mendukung operasi berjalan.
·
Mengembalikan laba yang di atas jumlah
yang diperlukan untukekspansi modal kepada induk perusahaan.
·
Mempercepat (memastikan-leading)
penerimaan dari piutang dagangyang beredar dalam mata uang local.
·
Menunda (memperlambat-lagging)
pembayaran utang dalam mata uang local.
·
Mempercepat pembayaran utang dalam mata
uang asing
·
Menginvestasikan kelebihan utang tunai
ke dalam persediaan danaktiva lainnya dalam mata uang local yang tidak terlalu
terpengaruh oleh kerugian devaluasi.
·
Berinvestasi dalam aktiva di luar negeri
dengan mata uang yang kuat
b. lining
nilai operasional,
Lindung nilai
operasional berfokus pada variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan dan
beban dalam mata uang asing. Pengendalian biaya yang lebih ketat memungkinkan
margin keselamatan yang lebih besar terhadap potensi kerugian mata uang.
Lindung nilai structural mencakup relokasi tempat manufaktur untuk mengurangi
potensi risiko yang dihadapi perusahaan atau mengubah negara yang menjadi
sumber bahan mentah dan komponen manufaktur.
c. lindung
nilai kontraktual.
Salah satu
bentuk lindung nilai dengan instrumen keuangan, baik instrument derivatif
maupun instrument dasar. Produk instrument ini mencakup kontrak forward,
future, opsi, dan gabungan ketiganya dikembangkan. Untuk memberikan
fleksibilitas yang lebih besar kepada para manajer dalam mengelola potensi
risiko valas yang dihadapi.
Perlakuan akuntansi
sebelum standar dibuat, standar akuntansi global untuk produk derivatif tidak
lengkap, tidak konsisten dan dikembangkan secara bertahap. Kebanyakan instrument
keuangan, yang sifatnya dapat dieksekusi, diperlakukan sebagai pos-pos luar
neraca. Kemudian FASB menerbitkan FAS No 133, yang diklarifikasi melalui FAS
149 pada bulan April 2003, untuk memberikan pendekatan tunggal yang komprehensif atas akuntansi untuk transaksi
derivatif dan lindung nilai. IFRS No. 39 (revisi) berisi panduan yang untuk
pertama kalinya memberikan tuntunan yang universal terhadap akuntansi untuk
derivative keuangan.
Provisi dasar standar ini adalah :
a. Instrument-instrumen
derivatif dicatat pada neraca sebagai aktiva dan kewajiban. Instrumen derivatif
dicatat sebesar nilai wajarnya, termasuk yang melekat pada kontrak utama yang
tidak dicatat sebesar nilai wajarnya.
b. Keuntungan
atau kerugian dari perubahan dalam nilai wajar instrument derivatif, bukan
termasuk aktiva atau kewajiban, namun diakui sebagai laba jika direncanakan
sebagai lindung nilai.
c. Lindung
nilai haruslah sangat efektif agar layak mendapatkan perlakuan akuntansi
khusus, yaitu keuntungan atau kerugian atas instrument lindung nilai secara
tepat harus mengimbangi keuntungan atau kerugian sesuatu yang dilindung nilai.
d. Hubungan
lindung nilai harus terdokumentasi secara lengkap demi manfaat pembaca laporan.
e. Keuntungan/kerugian
dari investasi bersih dalam mata uang asing (posisi aktiva atau kewajiban
terpapar bersih) pada awalnya dicatat dalam laba komprehensif lainnya.
Selanjutnya direklasifikasikan ke dalam laba berjalan jika anak perusahaan
tersebut dijual atau dilikuidasi.
f. Keuntungan/kerugian
dari lindung nilai terhadap arus kas masa depan yang belum pasti, seperti
perkiraan penjualan ekspor, pada awalnya diakui sebagai bagian dari laba
komprehensif. Keuntungan/kerugian diakui dalam laba apabila transaksi yang
diperkirakan terjadi itu memengaruhi laba. Namun, meskipun aturan penuntun yang
dikeluarkan FASB dan IASB telah banyak mengklarifikasi pengakuan dan pengukuan
derivatif, masih saja terdapat beberapa masalah. Yang pertama berkaitan dengan
nilai wajar. Kompleksitas pelaporan keuangan juga semakin meningkat jika
lindung nilai dianggap sangatlah tidak efektif untuk mengimbangi risiko valas.
6. Masalah akuntansi dan pengendalian,
terkait dengan manajemen resiko nilai tukar mata uang asing
Contoh
permasalahan akuntansi dan pengendalian yang terkait dengan manajemen risiko
nilai tukar mata uang asing dapat dilihat pada kasus berikut:
Perusahaan-perusahaan secara berkesinambungan menciptakan dan menerapkan
strategi-strategi baru untuk memperbaiki arus kas mereka dalam rangka
meningkatkan kekayaan pemegang saham. Sejumlah strategi mengharuskan
dilakukannya ekspansi dalam pasar local. Strategi-strategi lain mengharuskan
penetrasi ke dalam pasar asing.
Pasar
luar negeri bisa sangat berbeda dari pasar lokal. Pasar luar negeri menciptakan
kesempatan timbulnya peningkatan arus kas perusahaan.
Banyaknya hambatan masuk ke dalam pasar luar negeri yang telah dicabut atau
berkurang, mendorong perusahaan-perusahaan untuk memperluas perdagangan
internasional. Konsekuensinya, banyak perusahaan nasional berubah menjadi
perusahaan multinasional (multinasional corporation) yang didefinisikan sebagai
perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam suatu bentuk bisnis internasional.
Tujuan MNC sendiri secara umum adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham.
Penentuan tujuan sangat penting bagi sebuah MNC, karena semua keputusan yang
akan dilakukan harus memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan tersebut.
Setiap usulan kebijakan korporasi tidak hanya perlu mempertimbangkan laba
potensial, tetapi juga risiko-risikonya. Sebuah MNC harus membuat
keputusan-keputusan berlandaskan tujuan yang sama dengan tujuan perusahaan
domestik murni. Tetapi di sisi lain, perusahaan MNC memiliki kesempatan yang
jauh lebih luas, yang membuat keputusannya menjadi lebih kompleks.
Ada
beberapa kendala yang dialami oleh perusahaan MNC seperti, kendala lingkungan,
kendala regulatori, dan kendala etika. Kendala lingkungan dapat dilihat dari
perbedaan karakteristik tiap negara. Kendala regulatori berupa perbedaan
peraturan setiap negara yang ada seperti, pajak, aturan-aturan konversi valuta,
serta peraturan-peraturan lain yang dapat mempengaruhi arus kas anak
perusahaan. Kendala etika sendiri digambarkan sebagai suatu praktek bisnis yang
berbeda-beda di tiap Negara.
MNC, dalam melakukan bisnis internasionalnya,
secara umum dapat
menggunakan metode-metode berikut:
• Perdagangan internasional
• Licensing
• Franchising
• Usaha patungan
• Akuisisi perusahaan
• Pembentukan anak perusahaan baru di luar negeri
Metode-metode
bisnis internasional meminta investasi langsung dalam operasi-operasinya di
luar negeri atau lebih dikenal dengan sebutan Direct Foreign Invesment (DFI).
Perdagangan internasional dan pemberian lisensi biasanya tidak dianggap sebagai
DFI karena keduanya tidak melibatkan investasi langsung dalam operasi di luar
negeri. Franchising dan usaha patungan cenderung meminta investasi langsung,
tetapi dalam jumlah relatif kecil. Akuisisi dan pendirian anak perusahaan baru
merupakan elemen DFI yang paling besar.
Berbagai
peluang serta keuntungan sebuah MNC tidak lepas dari risiko yang akan muncul.
Walaupun bisnis internasional dapat mengurangi exposure sebuah MNC terhadap
kondisi-kondisi ekonomi negara asalnya, bisnis internasional biasanya juga
meningkatkan exposure MNC terhadap pergerakan nilai tukar, kondisi ekonomi luar
negeri, dan risiko politik. Sebagian besar bisnis internasional meminta
pertukaran satu valuta dengan valuta yang lain untuk melakukan pembayaran.
Karena nilai tukar terus berfluktuasi, jumlah kas yang dibutuhkan untuk
melakukan pembayaran juga tidak pasti. Konsekuensinya, jumlah unit valuta
negara asal yang dibutuhkan untuk membayar bisa berubah walaupun pemasoknya
tidak mengubah harga. Selain itu, ketika perusahaan multinasional memasuki
pasar asing untuk menjual produk, permintaan atas produk tersebut tergantung
pada kondisi-kondisi ekonomi dalam pasar tersebut. Jadi, arus kas perusahaan
multinasional dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekonomi luar negeri.
Manajemen dapat menggunakan pengendalian terhadap nilai tukar mata uang asing
dengan lindung nilai. Namun, setiap strategi manajemen risiko keuangan harus
mengevaluasi efektivitas program lindung nilai tersebut. Umpan balik dari
sistem evaluasi yang berjalan akan membantu untuk menyusun pengalaman
kelembagaan dalam praktek menajamen risiko.
Penilaian
kinerja program manajemen risiko juga memberikan informasi mengenai kapan
strategi yang ada sudah tidak lagi tepat untuk digunakan. Jadi intinya,
pengendalian keuangan yang efektif adalah dengan sistem evaluasi kinerja.
Sistem evaluasi kinerja terbukti bermanfaat dalam berbagai sektor. Sektor ini
mencakup, tetapi tidak terbatas pada, bagian treasuri perusahaan, pembelian dan
anak perusahaan luar negeri. Kontrol terhadap bagian treasuri perusahaan
mencakup pengukuran kinerja seluruh prodram manajemen risiko nilai tukar,
mengidentifikasikan lindung nilai yang digunakan, dan pelaporan hasil lindung
nilai. Sistem evaluasi tersebut juga mencakup dokumentasi atas bagaimana dan
sejauh apa bagian trasuri perusahaan membantu unit usaha lainnya dalam
organisasi itu.
Dalam
banyak organisasi, manajemen risiko valuta asing tersentralisasi pada kantor
pusat perusahaan. Hal ini memungkinkan para manajer anak perusahaan untuk
berkonsentrasi pada usaha intinya. Namun demikian, ketika membandingkan hasil
actual dan hasil yang diperkirakan, sistem evaluasi harus memiliki acuan yang
digunakan untukmembandingkan keberhasilan perlindungan risiko perusahaan.